Thursday, October 1, 2015

PENANTIAN YANG MENYIKSA DAN KEPERGIAN YANG TERTUNDA

                                                                 ALS

Tragedi Mina 2015 yang merenggut lebih seribu nyawa masih tersisa 5 kontainer yang diperkirakan berisi lima ratus jenazah membuat keluarga jemaah gelisah resah menanti kepastian berita.Suparno Mangunprawiro(59 tahun) jemaah asal Pontianak Kalbar tergabung dalam kloter BTH 14 Embarkasi Batam sempat pingsan dan terinjak injak dalam tragedi dijalan 204 Mina Arab Saudi Kamis 24 September dan menjalani perawatan beberapa jam di RS Arab Saudi.
Dia bersyukur dan sangat bahagia diselamatkan Allah swt dalam kondisi yang mengenaskan melangkah gontai kembali ketendanya di Mina dengan hati yang berbunga bunga ingin ketemu isteri tercintanya Dahlia Sulaiman((46 tahun) tetapi ucapan salamnya tanpa jawaban sepatahpun.
Kegelisahanpun menyelimuti pikirannya langsung dia tergopoh gopoh menuju pemondokan 401 Aziziah Syimaliah ,Makkah namun isterinya tak kunjung ditemuinya.Hal ini membuat dugaan buruk nasib istrinya bergejolak dalam hatinya sambil berbisik disanubarinya Ya Allah kenapa tidak aku saja yang sudah renta ini yang Engkau ambil ya Allah.
Kemudian terus bergerak mencari kepastian nasib isterinya<Ahad pagi dia menuju kantor Daker di Makkah namun belum juga didapatnya beritanya.Tanpa mau menyerah dia bertahan sampai malam hari kemudian diantar ke Depag  bertemu dengan M.Yasin Inspektur Jendral Kemenag lalu menemani Suparno bersama rombongan Menag Lukman Hakim Saifudin ke Pemulasaran jenazah di Al Muaishim.Diamatinya setiap foto identifikasi jenazah yang terpajang 
diruangan seluas 60 meter persegi akhirnya ditemuinya foto berkerudung dengan motif berbunga
Dia meyakini seyakin yakinnya itulah foto Dahlia istrinya karena dia yakin tak ada foto yang memakai kerudung bermotif bunga seperti itu dan dia sempat memfoto istrinya berkerudung itu sebelum berangkat melempar jumrah Menag yang sempat keluar,kembali melengkah masuk tatkala didengarnya Suparno mengenali foto istrinya.
Dia meyakinkan Menag bahwa benar itu foto istrinya.Menag meminta petugas mengindentifikasi jenazah yang nomornya tertera difoto itu untuk memastikan bahwa jenazah itu adalah Dahlia.
Ternyata foto itu benar foto Dahlia,Menagpun memeluk Suparno sambil berucap:Sabar ya pak, Allah bersama orang yang sabar dan semoga istri bapak diterima Allah disisnya.
Hatinya terluka karena harus kembali kedesa tanpa Dahlia istri tercinta,namun dia berlapang dada karena isnsyaallah istrinya gugur syahid fisabilillah karena dia berhaji juga membimbing ibadah puluhan jemaah Diteguhkannya hatinya dengan tetesan air mata yang membasahi pipinya dengan suara serak diteleponnya salah satu anaknya agar legawa menerima berita ini dan doa 
kalian berenam anak anaku sayang, itulah bingkisan yang paling berharga buat ibumu kalau kalian sayang padanya.Ya Allah ya Tuhanku alhamdulillah Engkau telah mengakhiri penantanku limpahkanlah taufik dan hidayahmu agar aku menyusul istriku di Surga Firdaus dan izinkanlah aku agar bisa menatap wajahmu va  Allah.
Dini hari 24 September 2015 jam 3,00 malam Waktu Arab Saudi(WAS) ,Ayi Sumiati binti Dedeng jemaah haji bernomor phasphor A 7435 488 asal kloter JKS 56 didampingi suaminya bersama rombongannya berangkat ke Jamarat dengan niat melempar jamrah aqabah, alhaamdulillah jam 6.30 dengan izin Allah Ayi dan Ade suaminya selesai melempar jamrah tanpa hambatan.
Dengan perasaan lega mereka kembali kemaktab di Mina lewat terowongan Muaishin.
Ketika melintasi terowongan, Ayi tiba tiba pusing,lemas tak berdaya kemudian dipinggirkan dan diberi minum kebetulan dokter Sani dari team medis kloter SOC 59 melihat kejadian itu langsung menelpon dokter Nunung team medis kloter JKS 56.Tepatnya jam 7.00 petugas kloter JKS 56
meminta bantuanTETA(Team Evakuasi Tanpa Alat) menghubungi ambulans.namun kesulitan mengevakuasi Ayi setelah setengah jam akhirnya Ayi berhasil dievakuasi dengan kursi roda keluar terowongan Muaishin.Setiba di pos haji Indonesia tanpa sadar dan suhu tubuh yang tinggi langsung dilarikan ke UGD Rumah Sakit Mina al Wadi dengan pertolongan ambulans.dan dirawat di ICU selama tujuh jam akhirnya Ayi dinyatakan meninggal didepan Ade dan perawatpun menutup mata Ayi lalu mengafani jasad Ayi.
Ade keluar menelpon ketua regu mereka mengabarkan bahwa istrinya telah tiada.
Saat Ade dan ketua regu masuk melihat jenazah Ayi tetapi tak diizinkan petugas rumah sakit
mereka kembali kemaktab dan gundah gulana Ade semakin memuncak.karena kesepian dan kesendirian terbayang akan membrondong hidupnya.
Ayi dinyatakan meninggal tanggal 24 September jam 21.00 WAS dengan COD(Cerificate of
Death) dengan sebab kematian oleh karena Heat Stroke.dan selanjutnya dipersiapkan surat izin pemakaman Team Kesehatan Mina berkoordinasi dengan team sanitasi dan surveilans(sansur) Daerah Kerja Mekah untuk mendeteksi jamaah yang dirawat atau wafat dirumah sakit..
Tanpa diduga Team Sansur Makkah menemukan Ayi bernafas spontan dan dinyatakan hidup
kembali terus dirawat dibawah pengawasan dokter.
Team sansur melaporkan perihal hidup kembali Ayi ke Team Kesehatan Haji Indonesia(TKHI)
kloter JKS 56 dan kepada Ade suaminya yang sedang berkabung langsung sujud syukur berulang
kali.Rasa tidak percaya dengan drama habis gelap terbitlah terang,air mata bahagia membasahi kedua pipinya sambil berseru dalam hatinya Allahu Akbar walillahilhamdu dan dia terkejut tatkala gema takbir menggaung dimaktab kloter JKS 56 mensyukuri  kepergian Ayi yang tertunda.
Ayi mati suri kini hidup kembali,betapa Ade dan anak anaknya berseri seri.karena tertundanya kepergian Ayi.Terima kasi Ya Allah yang telah mengembalikan ibunda kami Ayi Sumiati.
Ketidak yakinan Ira Samiharja(53 th) berangkat pagi hari sambil mendorong suaminya Muhammad Yuhan Suprianto(59 th) diatas kursi roda berbuah tragedi ketika askar memaksa mereka dan rombongannya membelok kejalan 204 yang kian padat apalagi tatkala ada tiba tiba
rombongan lain yang masuk dari arah Jamarat dan keributan antara rombongan jemaah berkulit hitam memanikkan suasana.Kepadatan terus tak terkontrol kursi roda tersungkur dan suaminya terpelanting terhimpit dan terinjak injak tanpa ampun sementrara dia terjerembab terhimpit oleh tumpukan tubuh manusia yang pingsan dan sekarat membuat dia terpisah dari suaminya.
Untungnya dia masih sadar dengan segenap sisa tenaga yang ada berupaya melepaskan diri dari himpitan yang melelahkan dan menyakitkan akhirnya dengan merangkak melewati jasad jasad yang telah pingsan didepannya dia berhasil melepaskan diri dengan tas yang masih disandangnya tetapi kedua alas kakinya telah lucut tak tentu rimba.Kekuatan doanya yang terus dimohonkannya dapat mengubah takdir akhirnya dia selamat dikirimkan Allah  seorang Arab berjenggot menyiram kepalanya dan memberi minum.sepuasnya.Dia terus merangkak mendekati jajaran tenda
jamaah dari Afrika.Sekali lagi muncul orang Arab berjenggot tampil memberinya air,apakah pria itu malaikat yang berprofil manusia(al malakul fi suratin insan) wallahu a"lam.
Tiba tiba terlintas dipikirannya ucapan suaminya bahwa umumnya orang berhaji berniat mati
ditanah suci selagi melaksanakan ibadah haji.
Ingatan ini ibarat cahaya yang mengusir kegelapan sanubarinya karena terbayang wajah tenang Yuhan sang suami ketika terjerembab ditengah himpitan tumpukan jamaah lain mungkin doanya
ingin mati syahid ditanah suci dikabulkan Allah swt.
Ketika tenaganya berangsur pulih dia mencoba jalan dengan kaki telanjang untuk meminta
bantuan kembali ketenda jamaah Indonesia.Kebetulan bertemu dengan polisi setempat lalu berseru Help me!Tetapi polisi itu melarangnya dan membawanya sementara ketenda jamaah asal
Armenia.Ia mendapat sajian miunman dan makanan yang memulihkan tenaganya yang sudah terkuras.Ketika kondisinya mulai segar dia berusaha meninggalkan tenda Armenia yang
didepannya penuh gunungan mayat dengan tekad harus ketemu tenda jamaah Indonesia dengan harapan mendapat informasi yang akurat tentang suaminya.
Dengan izin Allah dia ketemu dengan jamaah Indonesia melanjutkan perjalanan menuju Jamarat.
Selesai melempar jumarh aqabah dia kembali ketenda jamaah Indonesia dan medapat informasi kepastian kematian suaminya dan kembali terkuras energinya bolak balik kepemulasaraan untuk melengkapi keperluan urusan jenazah suaminya.
Doanya belum ingin mati di Tanah Suci karena keempat anaknya masih membutuhkan asuhan dan bimbingan seorang ibu agar anak anaknya menjadi insan yang soleh dan soleha yang tak kurang nilainya daripada menumpahkan darah berjihad fi sabilillah.
Dengan lapang dada kepergiannya yang tertunda dia kembali dari tragedi yang memilukan tanpa suami menjadi single parent melepaskan rindu dan derita buat anak anaknya tercinta.



Dikutip dari Kabar dari Tanah Suci Republika dan disusun oleh ALS>Semarang 2 0ktober 2015 .published jam:20.00 wib.

No comments:

Post a Comment